Jumat, 11 Januari 2013


MAKALAH

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
JIGSAW

Description: logo

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika

Disusun oleh kelompok 4 :

1.    Diah Wulandari              A 410 090 162 /5D
2.    Digdo Mustofo                A 410 090 164 /5D
3.    Kartiko Dwi Nugroho   A 410 090 165 /5D



JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011



DAFTAR ISI

Halaman judul .................................................................................................................... 1
Daftar isi ............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... ......... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 4
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw .................................................... 5
Kelebihan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ........................................................ 6
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ..................................................... 6
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 7
Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN

Dalam era global, teknologi telah menyentuh segala aspek pendidikan sehingga, informasi lebih mudah diperloleh, hendaknya siswa aktif berpartisipasi sedemikian sehingga melibatkan intelektual dan emosional siswa didalam proses belajar. Keaktifan disini berarti keaktifan mental walaupun untuk maksud ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan langsung keaktifan fisik dan tidak nya berfokus pada satu sumber informasi yaitu guru yang hanya mengandalakan satu sumber komunikasi. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga berpulang pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi yaitu guru dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang ditawarkan adalah kooperatif tipe jigsaw.
Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.




BAB II
PEMBAHASAN

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Dalam hal ini  peran guru adalah mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal.  Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
1.    Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
2.    Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
3.    Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
4.    Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
5.    Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.
6.    Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Kelebihan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Menurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru. Ratumanan (2002)  menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Beberapa hal yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini dilapangan yang harus kita cari jalan keluarnya, menurut Roy Killen (1996), adalah:
1.    Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah ‘peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
2.    Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.
3.    Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelompok tersebut.
4.    Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
5.    Aplikasi metode ini  pada kelas yang besar ( lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatasi dengan model team teaching.




BAB III
PENUTUP

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Kelebihan Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru dan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah akan adanya perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain. Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.











DAFTAR PUSTAKA

http://matematika-ipa.com/pembelajaran-kooperatifmodel-pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/
 






MAKALAH
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT



Di susun oleh:
Dwi Setiawan             A410090153





JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011





DAFTAR ISI

Halaman judul ..............................................................................................................          i
Daftar isi……………………………………................................................................         1
PENDAHULUAN........................................................................................................        2
PEMBAHASAN
A.    Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT……………….........……………...          
B.     Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ….........…………….......          
C.     Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ……………….........………....          
D.    Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Koopertif Tipe NHT ……….........….          
PENUTUP
A.        Kesimpulan…....................................................................................................        
B.        Saran ..................................................................................................................       
Daftar Pustaka                                   













PENDAHULUAN

Penggunaan model pembelajaran dan media berpengaruh terhadap motivasi. Motivasi belajar yang timbul pada diri siswa diharapkan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik sehingga akan menentukan keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Guru sebagai pendidik harus dapat membina, membimbing dan memberikan motivasi kepada siswanya agar dapat termotivasi dalam mengikuti proses belajar. Motivasi belajar yang kurang terhadap pelajaran dapat dirangsang oleh guru dengan penyajian pelajaran yang menarik.
 Model pembelajarn yang menarik dan banyak digunakan saat ini adalah pembelajaran kooperatif, yaitu suatu pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran ini tidak hanya kemampuan dalam penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya kerja sama setiap siswa yang akan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran ini juga melatih siswa agar dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam bentuk diskusi. Model kooperatif beragam, salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Head Together atau disingkat NHT, pembelajaran ini juga banyak sekali digunakan sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK).
            Number Head Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).

PEMBAHASAN

A.   Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
            Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
            Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik.  Menurut Lie (2003: 59) tipe ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.  Ibrahim dalam Herdian (2009: 7) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : 
(1) hasil belajar akademik struktural,
(2) pengakuan adanya keragaman,
(3) pengembangan keterampilan sosial.


B.   Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
            Berikut ini merupakan langkah-langkah penerapan NHT, yaitu:
a)                  Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi Siswa
                        Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Motivasi belajar yang timbul pada diri siswa diharapkan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik sehingga akan menentukan keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Guru sebagai pendidik harus dapat membina, membimbing dan memberikan motivasi kepada siswanya agar dapat termotivasi dalam mengikuti proses belajar. Motivasi belajar yang kurang terhadap pelajaran dapat dirangsang oleh guru dengan penyajian pelajaran yang menarik.
b)                  Menyajikan Informasi
                        Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Selan itu, tiap kelompok juga harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
c)                  Penomoran
                        Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
d)                 Pengajuan Pertanyaan/ Permasalahan
                        Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
e)                  Berpikir Bersama
                        Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
f)                   Pemberian Jawaban/ Evaluasi
                        Guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.
g)                  Memberikan Penghargaan
                        Langkah terakhir yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Penghargaan dapat berupa tambahan nilai atau bingkisan yang dapat memotivasi siswa agar lebih berani berbicara dan berpendapat serta memacu siswa lain agar tampil lebih baik dari temannya.
                        Selain itu, dalam pembagian tim hendaknya setiap tim terdiri dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi: satu orang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan satu orang berkemampuan rendah. Di sini ketergantungan positif juga dikembangkan, dan yang kurang, terbantu oleh yang lain. Yang berkemampuan tinggi bersedia membantu, meskipun mungkin mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau nama baik kelompok, yang paling lemah diharapkan antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk guru menjawab.







C.   Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Contoh Pembelajaran Kooperatif tipe NHT:
A.           Standar kompetensi:  Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus.
B.            Kompetensi dasar:  Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis lurus.
C.            Indikator:
1.         Siswa dapat menyatakan pengertian gradien persamaan garis lurus.
2.         Siswa dapat menentukan gradien persamaan garis lurus dalam berbagai bentuk.
D.           Kemampuan prasyarat:
1.         Siswa mampu menyelesaikan operasi pd bilangan bulat.
2.         Siswa mampu menyederhanakan bentuk pecahan.
3.         Siswa mampu membuat sketsa grafik fungsi aljabar sederhana pd sistem koordinat kartesius.
4.         Siswa mampu membuat persamaan garis lurus.
E.            Tujuan pembelajaran:
1.         Siswa dapat mengenal gradien pada persamaan garis lurus.
2.         Siswa dapat menentukan gradien persamaan garis lurus.
F.             Sumber/ bahan belajar: buku matematika SMP kelas VIII
G.           Pendekatan dan metode pembelajaran:
pertemuan ke-1 dan ke-2
pendekatan: penemuan terbimbing dan NHT. Metode: diskusi kelompok, penugasan dan tanya jawab.
H.           Kegiatan pembelajaran:
1.         Kegiatan awal:
a.         Guru menginformasikan tujuan belajar dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.
b.        Guru menginformasikan pembelajaran kooperatif tipe NHT.
c.         Guru mengecek kemampuan prasyarat siswa dg tanya jawab.
d.        Guru mengelompokkan siswa yang setiap kelompoknya mempunyai kemampuan akademiknya heterogen.
2.         Kegiatan inti:
a.         Guru memberikan informasi materi pembelajaran dg pendekatan penemuan terbimbing dengan langkah-langkah penemuan terbimbing melalui lembar kerja siswa yang telah disiapkan untuk didiskusikan secara berkelompok.
b.        Siswa berdiskusi dalam kelompok kemudian melakukan presentasi hasil diskusi dengan menunjuk salah satu anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya. Guru memberikan kesimpulan, rangkuman dari hasil presentasi kelompok.
c.         Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa.
d.        Guru memberikan tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok-kelompok yang telah dibentuk dengan memberi nama pada kelompok.
e.         Guru mengecek pemahaman siswa dengan memberikan pertanyaan kepada kelompok dg cara menyebut salah satu nomor dari kelompok tsb.
f.         Guru memberikan kuis/ tes kepada siswa secara individual.
g.        Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual maupun kelompok. 


3.     Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Koopertif Tipe NHT
Berikut ini merupakan kelebihan pembelajaran kooperatif tipe NHT:
a)      Setiap peserta didik menjadi siap semua.
b)      Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c)      Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai.
d)     Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok
e)      Konflik antara pribadi berkurang
f)       Pemahaman yang lebih mendalam
g)      Hasil belajar lebih tinggi.
            Adapun kekurangan pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut:
a)      Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b)      Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
c)      Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok.












PENUTUP

A.   Kesimpulan
            Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
                Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu, menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, penomoran, pengajuan pertanyaan/ permasalahan, berpikir bersama, pemberian jawaban/ evaluasi dan memberikan penghargaan.
            Dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini guru bisa menggunakan/ menerapkannya dalam contoh-contoh soal. Misalnya dalam membedakan kemiringan dari berbagai macam segitiga.
            Berikut ini merupakan kelebihan pembelajaran kooperatif tipe NHT, diantaranya: setiap peserta didik menjadi siap semua, dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang pandai, tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam dan hasil belajar lebih tinggi.
            Sedangkan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu: kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, dan kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok.

B.   Saran
Makalah ini belumlah sempurna, masih banyak kekurangan-kekurangan dengan kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan yang membangun guna perbaikan dalam penyajian makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. “Pembelajaran Kooperatif tipe NHT” (online), (http://matematikaclub.wordpress.com/2008/08/14/pembelajaran-kooperatif-tipe-nht/, diakses tanggal 13 Oktober 2011).
Anonim. 2009. “Model Kooperatif tipe Numbered Head Together” (online), (http://hidaycoco.wordpress.com/2009/01/23/model-kooperatif-tipe-numbered-head-together-nht/, diakses tanggal 13 Oktober 2011).
Anonim. 2009. “Model Pembelajaran NHT Numbered Head Together” (online), http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/, diakses tanggal 13  Oktober 2011).
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya-University Press.
Kumandar. 2007.Guru Propesional :Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru”. Jakarta: Rajawali pers.
Rachmadi, W. 2006. “Model-Model Pembelajaran Matematika SMP”. Yogyakarta: PPPG Matematika.