Jumat, 11 Januari 2013


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Model pendekatan dalam penulisan makalah ini dengan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), dalam pembahasan ini menekankan pada pembelajaran aktif dan inovatif.
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pembelajaran Aktif
Secara pedagogis pembelajaran aktif (active learning) adalah proses pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses mendengarkan dan mencatat. Independent learning merujuk pada keterlibatan peserta didik pada pembuatan keputusan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan. Pembelajaran aktif mendasarkan pada asumsi bahwa pembelajaran pada dasarnya adalah pencarian secara aktif pengetahuan dan setiap orang belajar dengan cara yang berbeda (Meyers dan Jones, 1983) Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran aktif pada dasarnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan melibatkan pengalaman dirinya sebagai bahan pembelajaran untuk membantu dalam membentuk sebuah pengetahuan dan merangsang peserta didik untuk berpikir kreatif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan nyata dalam kehidupan. Pembelajaran aktif juga menghargai keunikan dan kemampuan individu dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif akan sangat membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara utuh sebagai sebuah pribadi, karena pengetahuan yang diperoleh peserta didik bukan hanya berasal dari pengetahuan atau teori orang lain akan tetapi juga dibantu dengan pengalaman nyata dari diri peserta didik. Kondisi pembelajaran tersebut akan sangat membantu dalam pembentukan pribadi yang dewasa, mandiri dan kreatif.
Dalam penerapannya di kelas model pembelajaran ini meminta semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran yaitu pendidik dan peserta didik untuk memiliki kemampuan merefleksikan pengalaman dan kemauan untuk membagikan pengalaman tersebut dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran itu dikatakan aktif jika mempunyai cirri-ciri seperti berikut:
1.      Siswa live-in di dalam proses belajar-mengajar sehingga mereka menikmati pengalaman belajar itu dengan asyik. Keasyikan dalam pengalaman belajar membuat pengalaman belajar tidak terikat pada ruang dan waktu. Siswa tidak lagi merasa terkurung di dalam ruang kelas yang dibatasi oleh tembok karena imajinasi mereka menembus batas-batas itu. Begitu juga mereka tidak merasa dibatasi oleh waktu yang tersedia. Waktu 90 menit bertatap muka dalam kelas dirasakan seperti hanya lima menit.
2.      Kegiatan belajar berjalan secara antusias. Keinginan mengetahui, mencari disertai dengan keyakinan pada dini sendiri berkembang di dalam proses belajar itu sendiri.
3.      Ada rasa kepenasaran diikuti dengan sikap on the task. Pengalaman belajar yang telah dikembangkan di dalam kelas akan diteruskan di luar kelas, baik dalam arti pengalaman belajar terstruktur maupun pengalaman belajar mandiri.
Langkah-langkah yang digunakan pendidik dalam pembelajaran aktif, yaitu:
1.      Motivasi, di mana guru berperan sebagai motivator yang merangsang dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa dalam proses belajar-mengajar.
2.      Latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan perolehan yang ada inilah siswa dapat memproses bahan baru.
3.      Keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung-hubungkan seluruh aspek pengajaran.
4.      Perbedaan perorangan, yaitu kenyataan bahwa ada perbedaan-perbedaan tertentu di antara setiap siswa, sehingga mereka tidak diperlakukan secara klasikal.
5.      Menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan informasi yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru.
6.      Pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka pada masalah dan mempunyai keterampilan untuk mampu menyelesaikannya.
B.     Pembelajaran Inovatif
1.       Pengertian Pembelajaran Inovatif
Inovatif (innovative) yang berarti new ideas or techniques, merupakan kata sifat dari inovasi (innovation) yang berarti pembaharuan, juga berasal dari kata kerja innovate yang berarti make change atau introduce new thing (ideas or techniques) in oerder to make progress. Pembelajaran, merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar,atau pembelajaran. Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar.
Marzano et al (1993), memformulasi dimensi belajar menjadi lima tingkatan,
(1) sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar,
(2) perolehan dan pengintegrasian pengetahuan baru,
(3) perluasan dan penyempurnaan pengetahuan,
(4) penggunaan pengetahuan secara bermakna,
(5) pembiasakan berpikir efektif dan produktif.
Lima dimensi belajar tersebut akan terinternalisasi oleh siswa apabila mereka mampu melakukan oleh pikir, rasa, dan raga dalam belajar yang semuanya bersumber dari dorongan hati yang paling dalam.
2. Teori yang Mendasari Pembelajaran Inovatif
a. Teori Kognitif
Perilaku yang tidak tampak dapat dipelajari secara ilmiah seperti pada perilaku yang tampak. Hal itulah yang mendasari teori kognitif. Perilaku yang tidak tampak merupakan proses internal yang merupakan hasil kerja potensi psikis. Teori kognitif lebih mengandalkan pikiran dan konsep dasar yang dimiliki pembelajar daripada pengalaman. Kognitif amat menjauhi model menghafal. Yang diorientasikan secara mendalam adalah belajar bermakna. Tiap proses pembelajaran haruslah bermakna yang mampu mengelaborasi kognisi seseorang. Situasi belajar apa pun dapat bermakna apabila pembelajar mempunyai seperangkat pembelajaran yang bermakna, yakni penghubungan tugas belajar yang baru dengan apa yang sudah diketahuinya. Tugas belajar tersebut secara potensial akan bermakna bagi pembelajar.
b. Teori Humanistik atau Teori Sosial
Proses belajar tidak hanya terjadi karena seseorang mendapatkan stimulus dari lingkungannya dan meresponnya tetapi terjadi pula karena pelaku belajar berkomunikasi dengan individu lainnya. Proses belajar terjadi karena komunikasi personal. Dalam diri pelaku belajar atau siswa terjadi transaksi akibat komunikasi dua arah atau lebih yang masing-masing mendapat kesempatan, baik selaku inisiator maupun mereaksi komunikasi. Komunikasi itu dapat berlangsung secara akrab, intensif, dan mendalam.
c. Teori Teori Gestalt
Psikologi Gestalt memandang unsur-unsur yang terlibat dalam proses belajar tidak terpisahkan tetapi merupakan totalitas dalam membentuk medan belajar. Oleh karena itu teori Gestalt disebut pula dengan teori medan. Gestalt berarti bentuk yang terdiri atas unsur-unsurnya. Beberapa unsur yang distruktur dapat menghasilkan efek sinergis yang merupakan Gestalt. Menurut Lewin perubahan tingkah laku merupakan indikator hasil belajar diperoleh karena lingkungan yang disediakan difungsikan untuk memfasilitasi potensi internal yang terdapat dalam diri pelaku belajar. Lingkungan tidak secara langsung mengubah tingkah laku. Perpustakaan sekolah tidak akan berfungsi jika guru tidak memfungsikannya. Begitu seterusnya, teori Gestalt dikembangkan. Selain itu, diuraikan juga pentingnya motivasi dalam pembelajaran.
Motivasi adalah faktor yang dapat mendorong setiap individu untuk berperilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu. Di samping itu, motivasi juga bisa muncul karena pengalaman yang menyenangkan, misalnya pengalaman kesuksesan.
2.      Perlunya Perubahan Paradigma dalam Pembelajaran
Pandangan yang beranggapan bahwa mengajar hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu sudah layak untuk ditinggalkan,karena sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan zaman. Setidaknya ada tiga alasan penting yang mendasari perlunya ada perubahan dalam paradigma pembelajaran. Ketiga hal tersebut sebagai berikut.
Pertama, siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karena itulah, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang memungkinkan setiap siswa dapat dengan mudah mendapatkan berbagai informasi, tugas, dan tanggung jawab guru bukan semakin sempit, namun justru semakinkompleks.
Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafalkan informasi, menghafalkan rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informassi dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.
Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Dewasa ini anggapan manusia sebagai organisme yang pasif yang perilakunya dapat ditentukan oleh lingkungan seperti yang dijelaskan dalam aliran behavioristik, telah banyak ditinggalkan orang. Pandangan terbaru dalam bidang psikologi mengatakan bahwa manusia adalah organisme yang memiliki potensi seperti yang dikembangkan oleh aliran kognitif holistik. Potensi itulah yang menentukan perilaku manusia. Oleh karena itu, proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki. Di sini, siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, tetapi sebagai subjek belajar yang harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa itu sendiri.
Ketiga hal di atas, menuntut perubahan makna dalam pembelajaran. Pembelajaran jangan diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki.
C.    Contoh Pembelajaran aktif dan Inovatif
Semisal dalam sebuah pembelajaran matematika, peserta didik diberi sebuah permainan. Permainan tersebut dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama hanya diberikan pertanyaan saja, sedangkan kelompok kedua hanya diberikan jawaban atas pertanyaan kelompok satu. Setelah itu peserta didik saling mencari pasangan dari soal atau jawabannya. Dalam permainan ini peserta didik aktif dalam mencari jawaban dari soal yang didapatnya dan juga pasangannya. Dengan pendidik yang selalu menciptakan pembelajaran yang aktif dan penuh inovatif peserta didik akan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian pendidik menggunakan metode problem solving, agar peserta didik sebagai subjek dalam pembelajaran.
D.    Model Pembelajaran aktif dan  Inovatif
a.    Model Examples Non Examples
Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar
Langkah-langkah :
1.    Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2.    Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
3.    Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4.    Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
5.    Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6.    Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
7.    Kesimpulan
b.    Picture And Picture
Langkah-langkah :
1.    Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.    Menyajikan materi sebagai pengantar
3.    Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
4.    Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
5.    Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6.    Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
7.    Kesimpulan/rangkuman
c.     Numbered Heads Together
Langkah-langkah :
1.    Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.    Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
3.    Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
4.    Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
5.    Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
6.    Kesimpulan
d.   Cooperative Script
Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah :
1.    Guru membagi siswa untuk berpasangan
2.    Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3.    Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4.    Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : (a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5.    Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6.    Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru
7.    Penutup
e.    Kepala Bernomor Struktur
Langkah-langkah :
1.    Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2.    Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3.    Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4.    Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5.    Kesimpulan
f.      Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah :
1.    Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2.    Guru menyajikan pelajaran
3.    Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4.    Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5.    Memberi evaluasi
6.    Kesimpulan
g.    Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah :
1.    Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
2.    Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
3.    Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
4.    Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
5.    Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
6.    Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.    Guru memberi evaluasi
8.    Penutup
h.    Problem Based Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah :
1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2.    Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
3.    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4.    Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
5.    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
i.      Artikulasi
Langkah-langkah :
1.    Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2.    Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
3.    Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
4.    Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
5.    Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
6.    Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
7.    Kesimpulan/penutup
j.      Mind Mapping
Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban
Langkah-langkah :
1.    Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.    Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
3.    Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
4.    Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
5.    Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
6.    Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
k.    Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah :
1.    Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.    Setiap siswa mendapat satu buah kartu
3.    Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
4.    Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5.    Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
6.    Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
7.    Demikian seterusnya
8.    Kesimpulan/penutup
l.      Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah :
1.    Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
2.    Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3.    Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
4.    Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
5.    Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
6.    Guru memberi kesimpulan
7.    Penutup
m.  Debat
Langkah-langkah :
1.    Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
2.    Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3.    Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
4.    Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5.    Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
6.    Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
E.     Beberapa Teknik Pembelajaran Aktif
a.    Think-Pair-Share
Dengan cara ini mahasiswa diberi pertanyaan atau soal untuk dipikirkan sendiri kurang lebih 2-5 menit (think), kemudian mahasiswa diminta untuk mendiskusikan jawaban atau pendapatnya dengan teman yang duduk di sebelahnya (pair). Setelah itu pengajar dapat menunjuk satu atau lebih mahasiswa untuk menyampaikan pendapatnya atas pertanyaan atau soal itu bagi seluruh kelas (share). Teknik ini dapat dilakukan setelah menyelesaikan pembahasan satu topik, misalkan setelah 10-20 menit kuliah biasa. Setelah selesai kemudian dilanjutkan dengan membahas topik berikutnya untuk kemudian dilakukan cara ini kembali setelah topik tersebut selesai dijelaskan.
b.    Collaborative Learning Groups
Dibentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 mahasiswa yang dapat bersifat tetap sepanjang semester atau bersifat jangka pendek untuk satu pertemuan kuliah. Untuk setiap kelompok dibentuk ketua kelompok dan penulis. Kelompok diberikan tugas untuk dibahas bersama dimana seringkali tugas ini berupa pekerjaan rumah yang diberikan sebelum kuliah dimulai. Tugas yang diberikan kemudian harus diselesaikan bisa dalam bentuk makalah maupun catatan singkat.
c.    Student-led Review Session
Jika teknik ini digunakan, peran pengajar diberikan kepada mahasiswa. Pengajar hanya bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Teknik ini misalkan dapat digunakan pada sesi review terhadap materi kuliah. Pada bagian pertama dari kuliah kelompok-kelompok kecil mahasiswa diminta untuk mediskusikan hal-hal yang dianggap belum dipahami dari materi tersebut dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mahasiswa yang lain menjawabnya. Kegiatan kelompok dapat juga dilakukan dalam bentuk salah satu mahasiswa dalam kelompok tersebut memberikan ilustrasi bagaimana suatu rumus atau metode digunakan. Kemudian pada bagian kedua kegiatan ini dilakukan untuk seluruh kelas. Proses ini dipimpin oleh mahasiswa dan pengajar lebih berperan untuk mengklarifikasi hal-hal yang menjadi bahasan dalam proses pembelajaran tersebut.
d.   Student Debate
Diskusi dalam bentuk debat dilakukan dengan memberikan suatu isu yang sedapat mungkin kontroversial sehingga akan terjadi pendapat-pendapat yang berbeda dari mahasiswa. Dalam mengemukakan pendapat mahasiswa dituntut untuk menggunakan argumentasi yang kuat yang bersumber pada materi-materi kelas. Pengajar harus dapat mengarahkan debat ini pada inti materi kuliah yang ingin dicapai pemahamannya
e.    Exam questions writing
Untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah menguasai materi kuliah tidak hanya diperoleh dengan memberikan ujian atau tes. Meminta setiap mahasiswa untuk membuat soal ujian atau tes yang baik dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa mencerna materi kuliah yang telah diberikan sebelumnya. Pengajar secara langsung bisa membahas dan memberi komentar atas beberapa soal yang dibuat oleh mahasiswa di depan kelas dan/atau memberikan umpan balik kemudian.
f.     Class Research Symposium
Cara pembelajaran aktif jenis ini bisa diberikan untuk sebuah tugas perancangan atau proyek kelas yang cukup besar. Tugas atau proyek kelas ini diberikan mungkin pada awal kuliah dan mahasiswa mengerjakannya dalam waktu yang cukup panjang termasuk kemungkinan untuk mengumpulkan data atau melakukan pengukuran-pengukuran. Kemudian pada saatnya dilakukan simposium atau seminar kelas dengan tata cara simposium atau seminar yang biasa dilakukan pada kelompok ilmiah.
g.    Analyze Case Studies
Model seperti ini banyak diberikan pada kuliah-kuliah bisnis. Dengan cara ini pengajar memberikan suatu studi kasus yang dapat diberikan sebelum kuliah atau pada saat kuliah. Selama proses pembelajaran, kasus ini dibahas setelah terlebih dahulu mahasiswa mempelajarinya. Sebagai contoh dapat diberikan suatu studi kasus produk rancangan engineering yang ternyata gagal atau salah, kemudian mahasiswa diminta untuk membahas apa kesalahannya, mengapa sampai terjadi dan bagaimana seharusnya perbaikan rancangan dilakukan.





BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Secara pedagogis pembelajaran aktif (active learning) adalah proses pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses mendengarkan dan mencatat. Menurut L. Dee Fink, pembelajaran aktif terdiri dari dua komponen utama yaitu: unsur pengalaman (experience), meliputi kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan (obeserving) dan dialogue, meliputi dialog dengan diri sendiri (self) dan dialog dengan orang lain (others).
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar
B.       SARAN
Guna tercapainya proses pemahaman materi yang baik maka diperlukan sarana dan prasarana yang memadai dan suasana yang mendukung terciptanya proses belajar mengajar, juga kerjasama yang baik antar pendidik dan peserta didik. Proses belajar mengajar akan efektif dan efisien jika semua elemen yang berada dalam lingkungan pendidikan dapat melaksanakan tugas sesuai dengan kewajiban yang diembannya.










DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar